Mengenal Ekosistem Kendaraan Listrik Lebih Dekat

0
48
Mengenal Ekosistem Kendaraan Listrik Lebih Dekat
Mengenal Ekosistem Kendaraan Listrik Lebih Dekat

Dalam membangun ekosistem kendaraan listrik merupakan sebuah hal yang fundamental. Sebab, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat adopsi kendaraan listrik. Selain itu juga memastikan kemandirian dalam mengembangkannya.

Baca juga: Indonesia Berencana Bikin Mobil Listrik Nasional, Era Baru Tiba!

Kendaraan listrik diklaim memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Sehingga konsumsi energy yang dibutuhkan jauh lebih sedikit jika dibanding dengan kendaraan pada umumnya. Dengan demikian kendaraan listrik bisa menghasilkan emisi yang lebih rendah.

Manfaat Adanya Ekosistem KEndaraan Listrik

Manfaat Adanya Ekosistem KEndaraan Listrik
Manfaat Adanya Ekosistem KEndaraan Listrik

Di dunia yang semakin maju kini hampir setiap negara berlomba untuk beralih ke kendaraan listrik. Hal ini tentu bertujuan untuk mengurangi karbon yang berasal dari sektor transportasi. Berikut adalah beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari adanya ekosistem kendaraan listrik.

Membangun EKosistem yang Holistik

Salah satu cara pemerintah dalam menciptakan end-to-nd yaitu dengan memulai menunjukkan perihal hasil substansial. Jika mengutip pembicaraan Tesla dan BYD, mobil listrik akan terus berlanjut. VW dan Ford kini sedang menjajaki peluang investasi baterai.

Dengan kehadiran mereka juga dipercaya akan memperkaya pilihan bagi para produsen yang ada di Indonesia. Sebab, sekarang ini mobil listrik didominasi Wuling dan Hyundai. Keduanya masih memiliki tingkat pertumbuhan yang menunjukkan angka yang tidak main-main.

Dilihat dari data pada tahun lalu, tingkat penjualan mobil listrik mencapai 20 ribu unit. Hal ini terbilang melonjak enam kali lipat jika di banding pada tahun 2021. Sedangkan Fitch Ratings memproyeksikan insentif pemerintah perihal munculnya varian mobil yang diklaim lebih murah.

Hal ini bisa dipercaya untuk mendorong tingkat penjualan mobil listrik tahun ini yang mencapai 50 ribu unit. Meski demikian HSBC berpendapat jika ekosistem kendaraan listrik yang holistik juga membutuhkan lebih banyak lagi stasiun pengisian daya.

Tercatat hingga akhir 2022 terdapat stasiun pengisian daya baru yang terdapat di 570 titik. Angka tersebut menunjukkan tidak sampai 10 persen dari jumlah SPBU yang angkanya melebihi 6.700 titik.

Selain itu industri kendaraan listrik yang ada di di Indonesia juga membutuhkan layanan purna jual dan juga harmonisasi regulasi prima.

Untuk Mencapai Target Nirkarbon

Manfaat adanya ekosistem kendaraan listrik yang selanjutnya adalah untuk mencapai target nirkarbon. Hal ini dikarenakan adopsi kendaraan listrik secara masif akan membantu dalam upaya menurunkan emisi karbon secara keseluruhan.

Di tahun 2023 ini pemerintah menaikkan target pengurangan karbon yang awalnya 29 persen kini menjadi 32 persen pada 2030 nanti. Untuk mencapai target nirkarbon di 2060, diperlukan rencana atau strategi komprehensif di berbagai sektor, diantaranya adalah energy dan kehutanan.

Kebijakan pemerintah dalam sektor baterai, nikel dan ekosistem kendaraan listrik menunjukkan kesungguhannya dalam mendorong penurunan emisi. Selain itu peluang tersebut juga bermanfaat untuk membuka peluang usaha yang baru.

Untuk Mendorong Investasi dan Ekspor

Pada tahun 2020 lalu pemerintah Indonesia memberlakukan adanya larangan ekspor bijih nikel. Hal ini bertujuan untuk mendorong hilirisasi di bidang sektor pertambangan. Selain itu pemerintah juga telah mempermudah proses perizinan pertambangan.

Tidak sampai disitu saja pemerintah juga memberikan penawaran insentif fiskal yang bertujuan untuk membangun pabrik peleburan. Berbagai kombinasi yang dijalankan pemerintah tersebut berhasil menarik investasi yang berasal dari perusahaan ternama dunia.

Seperti Grup LG, Huayou, Foxconn, CNGR yang membenamkan investasi sampai miliaran dollar untuk keperluan smelter dan produksi baterai. Sedangkan dari benua Eropa, BASF dan Eramet sedang melakukan finalisasi rencana investasi untuk kepentingan peleburan nikel.

Kementerian Investasi/ BKPM memperkirakan potensi investasi untuk keperluan hilirisasi di bidang sektor mineral. Salah satunya adalah komoditas di bidang batubara dan nikel yang mencapai US $427,1 miliar pada 2035.

Berkat adanya nilai tambah yang berasal dari bijih nikel tersebut, nilai ekspor komoditas bisa melonjak mencapai US $20,9 miliar pada 2021 dari US $ 1,1 miliar pada 2014. Bahkan presiden Jokowi bahkan memperkirakan nilai ekspor nikel yang nilainya melebihi US $30 miliar di tahun ini.

Sedangkan bauksit menjadi sasaran berikutnya, dengan rencana pelarangan ekspor bijih Juni di tahun ini. Pihak pemerintah ingin bijih bauksit tersebut dapat diproses berikutnya sehingga menjadi aluminium. Komponen penting yang terdapat dalam produksi baterai kendaraan listrik.

Sebagai catatan jika Indonesia memiliki cadangan kobalt yang tidak sedikit. Sehingga hal ini bermanfaat untuk memperpanjang durasi penggunaan baterai. Dengan demikian menjadi basis utama produksi baterai global bukanlah sebuah impian belaka.

Presiden Direktur PT HSBC Indonesia Francois de Maricourt menuturkan jika Indonesia merupakan produsen nikel terbesar yang ada di dunia dan memiliki cadangan bijih nikel yang sangat besar. Selain itu, pihak pemerintah Indonesia juga berupaya untuk mendatangkan investasi dalam kegiatan ekonomi yang bernilai tinggi di rantai pasok kendaraan listrik.

Francois juga menuturkan jika seiring dengan pertumbuhan industri kendaraan listrik di dalam negeri berpotensi menjadi pemain kunci di rantai pasok global.

4 Kelemahan Ekosistem Kendaraan Listrik

4 Kelemahan Ekosistem Kendaraan Listrik
4 Kelemahan Ekosistem Kendaraan Listrik

Jika dilansir dari Balai Teknolog Termodinamika Motor dan Propulsi (BT2MP) Badan pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kendaraan listrik ini pun tidak luput dari adanya sejumlah kekurangan. Berbagai kekurangan tersebut dianggap bisa menghambat perkembangan di masa depan.

Waktu Pengisian Daya yang Lama

Ekosistem kendaraan listrik memang sedang gencar dikembangkan oleh berbagai negara di dunia. Namun, meski demikian hal ini pun tidak luput dari kekurangannya yang kerap menjadi pertanyaan di berbagai kalangan.

Berbagai pertanyaan tersebut salah satunya adalah perihal pengisian daya yang lama. Hal ini dikarenakan pengisian yang dilakukan seringkali membutuhkan waktu yang cukup lama dan tentu terbilang tidak efisien.

Berbeda dengan kendaraan konvensional pada umumnya yang hanya memerlukan waktu sebentar ketika melakukan pengisian bahan bakar dari nol sampai dinyatakan penuh.

Bahan Baku BAterai yang Langka

Kelemahan adanya ekosistem kendaraan listrik yang sedang ramai digalakkan adalah perihal bahan baku baterai yang terbilang cukup langka. Sebab, baterai merupakan salah satu komponen utama pada kendaraan listrik tersebut. Baterai tersebut memerlukan banyak kandungan lithium, yaitu sebuah logam paling ringan sebagai bahan baku.

Dany Amrul Ichdan selaku direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID mengatakan jika sekarang ini terdapat sekitar 80 persen bahan baku baterai untuk EV milik PT Indonesia Battery Corporation (IBC) yang bersumber dari PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam.

Namun, meski demikian terdapat sekitar 20 persen sisa bahan baku yang belum bisa dipenuhi oleh hulu tambang mineral logam yang ada di dalam negeri. Tercatat sekitar terdapat 70 ribu ton lithium hydroxide yang diperlukan dalam setiap tahunnya.

Kemudian kebutuhan 44 ribu ton grafit di setiap tahunnya dan 12 ribu ton mangan sulfat dan kobalt sulfat per tahunnya. Sampai sekarang MIND ID Sedang mencoba untuk mengakuisisi sejumlah aset tambang bahan baku baterai luar negeri yang bisa mengurangi ketergantungan tersebut.

Oleh sebab itulah masih menjadi hambatan ekosistem kendaraan listrik yang menyediakan bahan baku baterai yang tidak langka, namun juga memiliki harga yang relatif lebih murah.

Harga Mobil yang Mahal

Selain kedua hall di tas yang menjadi kekurangan ekosistem kendaraan listrik yaitu harga mobil yang mahal. Harga kendaraan listrik cenderung lebih mahal jika dibanding dengan kendaraan yang berbahan bakar minyak.

Harga kendaraan yang berbahan listrik di pasaran tidak hanya puluhan juta saja, namun ada yang mencapai ratusan juta bahkan sampai miliaran. Sedangkan di Indonesia harga kendaraan listrik yang paling murah adalah Rp 75 juta dengan nama k-Upgrade.

Ekosistem kendaraan listrik seperti k-pgrade ini didatangkan secara langsung dari China oleh PT Kurnia EVCBU Internasional dari salah satu perusahaan otomotif yang bernama K-Upgrade. Sementara itu produk seperti Hyundai Kono atau Youniq biasanya dibanderol dengan harga Rp 600 juta.

SPKLU Belum Tersebar Luas

Kelemahan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia yang terakhir adalah perihal SPKLU yang belum tersebar luas dan hanya terdapat di beberapa titik saja. Oleh sebab itu sebagian besar masyarakat yang hendak membeli kendaraan listrik akan berpikir ulang sebelum membeli kendaraan yang diklaim ramah lingkungan.

Tercatat sejak Agustus 2022 sudah dibangun SPKLU yang berjumlah 147 di beberapa titik yang ada di Indonesia. Dan sampai sekarang pemerintah terus melangsungkan percepatan dan pembangunan kendaraan listrik, terutama di bidang infrastruktur SPKLU.

Baca juga: BPKB Elektronik, Transformasi Efisiensi Dalam Administrasi Kendaraan

Meski kendaraan listrik ini sudah dibekali dengan adanya daya penampungan arus listrik yang cukup besar, maka bisa kalian gunakan dengan jarak yang cukup jauh. Dengan demikian ekosistem kendaraan listrik pun setiap tahunnya akan semakin meningkat jika SPKLU pun menyebar di Indonesia secara merata. 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here